Jumat, 08 Mei 2015

Laili Zulfa Boscovity


Boscovity, dulu. sebuah nama yang berhasil diciptakan oleh generasi ke empat angkatan 2012. Merupakan agenda rutinitas yang diadakan setiap satu tahun sekali oleh almameter kami(Boarding School Man 1 Surakarta). Dan sekarang namanya berubah menjadi BBM “Boarding Bersama Masyarakat”.
Dulu kami (Zulfa,Lintang, syarifah, Reni, Febya, Laili, Kiki, Dian, Uliya, dan Mentari) menduduki posko IV yang letaknya tidak begitu strategis dari jalan raya. Bisa dikatakan posko IV adalah salah satu posko yang memiliki tanggung jawab besar(paling rekoso) jika dibandingkan dengan posko-posko lainnya. Karena kondisi masyarakatnya masih begitu kental dengan tradisi. Dibuktikan dengan adanya agenda-agenda yang sampai saat ini masih dilakukan oleh warga situ. Seperti halnya: pengajian, gotong royong, pertemuan rutin ibu-ibu PKK, serta keaktifannya kaum muda-mudinya. Selain itu, sikap ramah tamah masih terlihat melekat ketika kedatangan kami disambut antusias oleh mereka.
Untuk menuju kelurahan (Bascame Utama) kami harus rela mengayuh sepeda ontel kurang lebih sekitar 15 menit. Dikarenakan keterbatasannya alat transportasi “sepeda motor” di posko IV . keadaan jalan yang sepi dan minimnya penerangan menjadi penghambat bagi kami. Sehingga beberapa dari kami mengalami ketakutan (efek mistis).
Kami tinggal di sebuah Gubuk milik warga situ yang usianya rentan tua. Mbah Darmo sapaan bagi kami. Selama disana kami hampir tidak pernah menyalakan Televisi. Lantaran remote TV di sembunyikan oleh beliau. Ketika waktu menunjukkan pukul 21.00 WIB, kami dilarang keras berceloteh dengan sesama. Dikarenakan beliau tidak suka dengan keramaian.
Lagi-lagi masalah MCK, kami merasa adanya intimidasi dengan pemilik rumah. Diantara kami tidak diperkenankan menyalakan sanyo. Tuturnya “ngirit, butohe ora gur kuwi bloko”(bahasa Jawa). Akibatnya kami kekurangan air. Ditambah kondisi kamar mandi yang tidak dilengkapi dengan pintu, membuat kami menjadi “was-was”. Akhirnya kami memutuskan menimba air dari sumur dan memanfaatkan kamar mandi musholla didekat posko tempat kami mengajar TPA setiap harinya.
Bertepatan dengan kegiatan tersebut, salah satu tim dari posko IV ada yang sedang ulang tahun. Dan pada saat itu pula kami merayakannya dengan memanfaatkan kondisi yang ada. Menyanyikan sebuah lagu ala tuna wicara dengan menggunakan dua jari tangan kami. Ciee ifa...Barokallah fii ‘umrik yaa
Selama kami berada disana, kami diharuskan berkunjung kerumah pak Rw setiap dua hari sekali (menurut daya ingat penulis). Tujuannya untuk membahas perkembangan warga setempat. Momen ini yang sebenarnya betah buat kami. Istilahnya “sambil menyelam minum air”. Selain rapat dengan pak Rw kami bisa sekaligus memandang cowok keren (tutur dari kami). Cowok tersebut bernama Damar. Usianya tidak jauh beda dengan kami. Karena pada saat itu dia sedang menduduki banku kejuruan. Dia merupakan anak sulung dari pak Rw dengan bu Rw. Apalagi ketika cowok tersebut sedang lewat di depan posko kami, seketika kami berteriak “WOW”. Hihihi
Dari cuplikan cerita di atas hanyalah hasil pengalaman dari kami semata. Dan semoga pengalaman tersebut bisa memberikan pelajaran bagi kami dalam hal “keni’matan”. Menilik QS.Arrohman yang artinya maka ni’mat mana yang kamu dustakan? Bisa dijadikan landasan atas semua ni’mat yang telah Allah berikan terhadap kita. Hidup adalah pilihan. Jika kamu ingin kesuksesan. Maka ni’matilah dan manfaatkanlah kemi’matanmu yang ada. Ubahlah menjadi suatu keni’matan yang agung. Wallahu’alam
Terima kasih kami ucapkan kepada warga desa Padeyan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Karena dari situlah kami bisa berproses hingga sekarang. Salam Keluarga besar Blest Claver 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar